Dalam menjalankan suatu bisnis, diperlukan biaya operasional supaya kegiatan perusahaan atau proses produksi bisa berjalan lancar.
Contoh biaya operasional adalah air, listrik, wifi, peralatan kantor, gaji pegawai, dan lain sebagainya.
Biaya operasional adalah komponen utama bagi perusahaan demi mencapai keberhasilannya, yaitu memperoleh keuntungan.
Lantas, apa perbedaan antara biaya produksi dan biaya operasional? Apakah keduanya sama? Bagaimana pula cara menghitung biaya operasional?
Anda akan mendapatkan jawabannya setelah menyimak ulasan berikut dengan saksama.
Apa itu Biaya Operasional?
Pengertian biaya operasional adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menjalankan aktivitas bisnis.
Adapun yang termasuk biaya operasional antara lain gaji karyawan, tunjangan karyawan, peralatan kantor, perbaikan, hingga biaya sewa.
Sedangkan menurut Wikipedia, pengertian biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan secara terus-menerus atau berkelanjutan. Ini bertujuan supaya proses produksi dapat berjalan lancar.
Biaya tersebut berkaitan erat dengan belanja modal, biaya pengembangan perusahaan, serta penyediaan komponen yang tidak bisa dikonsumsi dalam produk atau sistem.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya operasional adalah biaya di luar pajak pendapatan, bunga pinjaman, atau depresiasi.
Jenis Biaya Operasional
Secara umum, biaya operasional adalah biaya yang terdiri dari dua jenis, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Berikut penjelasannya.
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh penjualan dan produksi. Artinya, meskipun penjualan dan produksi meningkat, maka biaya operasional wajib dibayarkan dengan nominal tetap di waktu yang sudah ditentukan.
Biaya ini harus dikeluarkan tanpa menilai bagaimana kondisi perusahaan. Contoh biaya operasional jenis berikut meliputi sewa gedung, biaya asuransi, gaji karyawan, dan pemeliharaan mesin industri.
2. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel berkebalikan dengan biaya tetap. Biaya variabel lebih bersifat berubah-ubah, tergantung pada kegiatan produksi perusahaan. Apabila produksi mengalami peningkatan, maka biayanya juga bisa bertambah.
Begitu pula sebaliknya, biaya akan turun jika produksi perusahaan menurun. Contoh biaya operasional variabel adalah biaya pengiriman dan biaya bahan baku.
Baca juga: 8 Cara Membuat Laporan Keuangan dengan Mudah dan Contohnya
Komponen Biaya Operasional
Tak hanya memiliki dua jenis, biaya operasional juga terdiri atas beberapa komponen. Adapun komponen biaya operasional adalah:
1. Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang manfaatnya bisa dirasakan secara langsung saat itu juga. Contohnya gaji.
2. Biaya Tidak Langsung
Komponen lain dari biaya operasional adalah biaya tidak langsung.
Biaya tidak langsung merupakan biaya yang dikeluarkan secara langsung saat itu juga, namun manfaatnya masih belum dapat dirasakan sekarang. Contohnya pajak.
3. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah komponen biaya operasional yang dikeluarkan untuk kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi siap dijual.
Adapun biaya pokok yang dibutuhkan dalam proses produksi antara lain biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead perusahaan atau pabrik.
4. Biaya Non Produksi
Komponen biaya operasional ini digunakan di luar kepentingan produksi perusahaan. Contohnya biaya administrasi dan pemasaran.
Perbedaan Biaya Operasional dengan Biaya Produksi
Perlu diketahui bahwa meskipun sama-sama berperan penting bagi perusahaan, biaya produksi dan biaya operasional adalah dua hal berbeda.
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan guna mendukung sistem manajerial perusahaan.
Sedangkan biaya produksi adalah sejumlah dana untuk mengolah bahan mentah menjadi barang siap dijual.
Perhitungan biaya produksi juga dilihat dari produk per unit yang dihasilkan. Hal tersebut untuk memudahkan pengambilan nominal pendapatan.
Dari perhitungan tadi, akan terbentuk harga pokok barang jadi ketika periode akuntansi sudah berakhir.
Cara Menghitung Biaya Operasional
Sebenarnya cara menghitung biaya operasional tidaklah sulit, bahkan Anda tinggal menjumlahkan biaya produksi dan biaya pengeluaran operasional. Berikut rumusnya.
Biaya operasional = Biaya produksi + Biaya pengeluaran (operasional)
Agar Anda lebih memahaminya, simak contoh ilustrasi di bawah ini.
Pak Andi adalah pengusaha rumah makan bebek bakar. Ia ingin menyewa tempat untuk membuka usahanya.
Lokasi yang dipilih memiliki biaya sewa Rp3 juta sebulan, sudah termasuk listrik. Pak Andi juga mempekerjakan 5 orang karyawan yang masing-masing digaji sebesar Rp2,5 juta per bulan.
Perkiraan biaya operasional yang dikeluarkan Pak Andi adalah:
No. | Biaya operasional | Nominal |
1. | Sewa tempat | Rp 3.000.000 |
2. | Gaji 5 karyawan | Rp 12.500.000 |
3. | Biaya beli gas | Rp 500.000 |
4. | Bahan baku pelengkap | Rp 2.000.000 |
5. | Transportasi | Rp 500.000 |
6. | Biaya lain-lain | Rp 700.000 |
Total biaya operasional | Rp 19.200.000 |
Itulah penjelasan tentang apa itu biaya operasional, lengkap dari pengertian, jenis, komponen, bedanya dengan biaya produksi, dan contoh perhitungannya.
Mengingat bahwa biaya ini berperan penting bagi keberlangsungan perusahaan, pastikan Anda memperhatikannya dengan baik.
Bagi Anda yang bergerak di bisnis properti, saat ini pengelolaan perusahaan bisa lebih mudah dengan memanfaatkan sistem manajemen properti dari Nimbus9.
Nimbus9 adalah sistem otomasi properti yang terintegrasi ke dalam satu sistem. Aplikasi ini dirancang untuk mendukung kelancaran pengelolaan properti Anda, seperti perkantoran, apartemen, gedung, mall, perumahan, dan lain-lain.
Jadi, dengan menggunakan Nimbus9 biaya operasional perusahaan bisa ditekan karena semuanya sudah diotomasikan.
Jika Anda membutuhkan jasa pengelolaan properti, segera konsultasikan dengan Nimbus9.
Baca juga: Software ERP: Pengertian, Jenis, Fungsi, dan Rekomendasinya