Lompat ke konten
Beranda » Apa itu Depresiasi? Jenis, Faktor, Contoh & Cara Menghitung

Apa itu Depresiasi? Jenis, Faktor, Contoh & Cara Menghitung

karyawan memegang tablet di kantor

Depresiasi adalah salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan

Bisa dibilang, biaya depresiasi adalah suatu penyusutan yang menunjukkan adanya kerugian pada perhitungan nilai.

Dengan mengetahui biaya depresiasi, Anda pun dapat mengelola kinerja maupun keuntungan perusahaan dengan lebih baik. 

Lantas, bagaimana cara menghitungnya? Agar tidak bingung, yuk simak pengertian depresiasi, rumus, hingga metode-metode perhitungannya berikut ini!

Apa itu Depresiasi?

Depresiasi adalah suatu proses pengurangan biaya dari pemakaian aktiva tetap dalam keperluan bisnis perusahaan. 

Biasanya, aktiva atau aset tetap tersebut mengalami penurunan kualitas atau nilai, contohnya seperti bangunan, peralatan atau perabotan kantor, mesin, dan lain-lain.

Adapun tujuan dari perhitungan biaya depresiasi adalah agar perusahaan bisa memperkirakan pengalokasian jumlah dana yang perlu dihapus dari beban operasional setiap tahunnya.  Sehingga, aset lama yang dinilai sudah tidak produktif dapat digantikan dengan aset baru.

Manfaat Menghitung Depresiasi Bagi Perusahaan

Bagi perusahaan, menghitung biaya depresiasi adalah hal yang baik untuk dilakukan karena dapat memberikan sejumlah manfaat, di antaranya:

  • Menurunkan risiko kerugian
  • Mengurangi total biaya pajak yang harus dibayarkan
  • Membantu perusahaan mengetahui harga atau nilai dari aktiva tetap
  • Membantu perusahaan mendata dan mengelola laba perusahaan sebaik mungkin
  • Membantu stakeholder memahami biaya operasional bisnis

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Depresiasi

Nah, sebelum berbicara bagaimana cara menghitung depresiasi, terdapat beberapa faktor faktor yang patut Anda pertimbangkan dengan baik, seperti:

1. Acquisition Cost (Harga Perolehan)

Acquisition cost atau harga perolehan adalah biaya yang perusahaan alokasikan demi memperoleh suatu aktiva tetap untuk kemudian digunakan. 

Hal ini dijadikan sebagai dasar dalam menentukan besaran depresiasi yang harus dikeluarkan setiap waktunya.

2. Pattern of Use (Pola Pemakaian)

Pattern of use atau pola pemakaian merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan besaran depresiasi. 

Pasalnya, proses penggunaan aset dalam masa waktu tentu bisa mempengaruhi estimasi masa kegunaan, hingga akhirnya menurunkan nilai aktiva.

Baca juga: Apa itu Cost Control? Pengertian, Fungsi, Tugas dan Elemen

3. Estimate Economical Lifetime of Asset (Masa Kegunaan)

Faktor lainnya yang memengaruhi biaya depresiasi adalah usia kegunaan dari suatu aktiva milik perusahaan, baik secara fisik maupun fungsional. 

Nilai usia berdasarkan fisik biasanya dilihat apakah aktiva tersebut masih dalam kondisi baik atau tidak.

Sementara, nilai fungsional berkaitan dengan kontribusi atau manfaat aktiva dalam penggunaannya. 

Nah, fisik aktiva yang terbilang baik belum tentu bisa memiliki nilai fungsional, misal karena perubahan model produk.

4. Estimated Residual Value of Asset (Nilai Residu)

Nilai residu atau salvage value adalah besaran sisa atau estimasi yang berpotensi diterima menjadi arus kas masuk ketika aktiva terkait dijual, ditukar, atau sebagainya. 

Namun, perlu Anda pahami bahwa nilai residu tidak selalu ada pada setiap waktu perhitungan keuangan.

Metode-Metode Perhitungan Depresiasi

Setelah mengetahui faktor-faktor di atas, lalu bagaimanakah cara menghitung depresiasi? Untuk itu, Anda bisa menggunakan metode-metode berikut ini.

1. Straight-Line Method (Metode Garis Lurus)

Salah satu cara menghitung depresiasi adalah dengan Straight-Line Method. Ini merupakan metode yang kerap digunakan namun dinilai kurang akurat. 

Sebab, metode garis lurus mengacu pada nilai usia, bukan berdasarkan fungsi penggunaan.

Adapun rumus depresiasi dari metode ini, yaitu:

Biaya Depresiasi = (Harga Perolehan – Nilai Residu) : Usia Ekonomis

2. Metode Aktivitas

Cara berikutnya yang juga sering digunakan untuk menghitung depresiasi adalah dengan metode aktivitas. 

Berbeda dari sebelumnya, metode ini mengacu pada nilai pemakaian atau produktivitas sebuah aktiva dan tidak mempertimbangkan sisi waktu penggunaan.

Berikut rumus depresiasi dari metode aktivitas.

Biaya Depresiasi = [(Harga Perolehan – Nilai Residu) x Estimasi Masa Fungsional] : Usia Produktif

3. Decreasing Charge Method (Metode Beban Menurun)

Cara lainnya untuk menghitung depresiasi adalah menggunakan Decreasing Charge Method. Ini berkaitan dengan depresiasi percepatan yang beban penyusutannya mengalami penurunan dari periode awal ke masa berikutnya.

Dalam hal ini, terdapat dua cara menghitung depresiasi, yani berdasarkan saldo menurun dan jumlah angka tahun. 

Rumus yang digunakan untuk metode penyusutan saldo menurun ialah:

Biaya Depresiasi = [2 x (100% : Estimasi Masa Fungsional)] x Harga Beli

Sementara, perhitungan penyusutan jumlah angka tahun, yaitu:

Biaya Depresiasi = Sisa Usia Pemakaian : Jumlah Angka Tahun x (Harga Perolehan – Nilai Residu)

Baca juga: Pengertian Laporan Arus Kas, Tujuan, Cara Membuat dan Contoh

4. Double Declining Method (Metode Saldo Menurun Ganda)

Kemudian, ada pula cara menghitung depresiasi dengan Double Declining Method, di mana Anda melakukan perhitungan penyusutan garis lurus namun tanpa nilai residu. 

Hal ini ditujukan untuk menentukan besaran depresiasi dengan nilai buku aset pada setiap periode awal.

Nilai buku merupakan selisih antara biaya perolehan dan total penyusutannya. Berikut rumus Metode Saldo Menurun Ganda.

Biaya Depresiasi = (Harga Perolehan : Usia Ekonomis) x 2

5. Unit of Production Method (Metode Unit Produksi)

Cara terakhir untuk menghitung depresiasi adalah Unit of Production Method, yaitu metode yang mengacu pada unit produksi dan satuan waktu (jam) maupun beratnya (kg). 

Adapun rumus depresiasi ini, yaitu:

Biaya Depresiasi = (Harga Perolehan – Nilai Sisa) x (Pemakaian : Estimasi Usia)

Contoh Depresiasi

Agar lebih jelas, berikut beberapa contoh depresiasi yang bisa Anda simak. Misalkan, suatu pengadaan komputer untuk operasional bisnis tahun 2022 ialah seharga Rp250.000.000. 

Sementara, estimasi masa fungsional komputer tersebut diperkirakan sekitar 5 tahun dengan nilai residu Rp30.000.000.

Maka, biaya depresiasi adalah sebagai berikut.

= (Rp250.000.000 – Rp30.000.000) : 5 tahun

= Rp44.000.000

Contoh depresiasi lainnya dengan metode aktivitas. Misalkan pembelian komputer untuk operasional seharga Rp300.000.000 dengan nilai residu Rp40.000.000. 

Komputer tersebut digunakan selama 3.000 jam di tahun pertama dan estimasikan berkapasitas sekitar 25.000 jam kinerja.

Maka, biaya depresiasi adalah sebagai berikut.

= [(Rp300.000.000 – Rp40.000.000) x 3.000] : 25.000

= RP31.200.000

Nah, kini Anda sudah tahu kan apa itu depresiasi, manfaat, cara menghitung, hingga contohnya. Bisa dibilang, depresiasi adalah komponen yang patut diperhatikan, terutama ketika ingin menyusun laporan laba rugi perusahaan.

Jika Anda bergerak di bisnis properti, Anda bisa memanfaatkan sistem manajemen dari Nimbus9 untuk pengelolaan perusahaan menjadi jauh lebih mudah. Nimbus9 adalah sebuah aplikasi yang terintergrasi ke dalam satu sistem otomasi properti.

Aplikasi ini dirancang khusus agar dapat mendukung kelancaran pengelolaan bisnis properti Anda, mulai dari apartemen, perkantoran, mall, gedung, perumahan, dan lain sebagainya. Segala jenis biaya pun bisa diatur sedemikian rupa melalui Nimbus9

Yuk, segera hubungi tim kami dan konsultasikan bisnis properti Anda bersama Nimbus9!

Baca juga: Pengertian Manajemen Keuangan, Fungsi, Tujuan, dan Tipsnya