Umumnya, dalam sebuah gedung besar seperti pabrik atau perkantoran, disediakan beberapa alat pemadam untuk mengantisipasi atau mencegah adanya kebakaran. Beberapa di antaranya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan), smoke detector, dan fire alarm system.
Berbeda dengan fungsi APAR (Alat Pemadam Api Ringan) sebagai alat pemadam api darurat ringan, fire alarm system adalah sistem yang bekerja hampir sama seperti smoke detector untuk memberi tanda bahaya terhadap kebakaran.
Lalu, apa itu fire alarm system dan bagaimana cara kerjanya? Baca selengkapnya di bawah ini!
Apa itu Fire Alarm System?
Fire alarm system adalah sistem pendeteksi bahaya yang dibuat untuk memberikan peringatan terkait kebakaran.
Biasanya, alat ini lazim ditemukan di gedung-gedung besar seperti kantor atau pabrik.
Agar mampu bekerja dengan optimal, sebuah alarm kebakaran harus memiliki beberapa komponen yang menjadi dasar pengoperasian sistem.
Lalu, apa saja komponen-komponen tersebut?
Agar lebih paham, berikut ini penjelasan tentang komponen alat pendeteksi kebakaran ini.
Komponen Alarm Kebakaran
Adapun 5 komponen fire alarm system adalah sebagai berikut:
1. Manual Call Point
Manual call point atau emergency break glass adalah komponen yang berfungsi untuk menyalakan alarm kebakaran secara manual tanpa harus menunggu detector terpicu.
Karena komponen ini bekerja secara manual, maka pihak pengelola gedung perlu memperhatikan penempatannya agar mudah dijangkau dan dilihat.
Tujuannya adalah apabila sewaktu-waktu ada tanda-tanda kebakaran, pengelola atau penghuni gedung bisa dengan mudah menjangkaunya dan memberikan peringatan sehingga proses evakuasi bisa segera dilakukan.
Baca juga: Pengertian Assembly Point, Poin Penting dan Cara Menentukan
2. Main Control Fire Alarm
Komponen ini bekerja sebagai penerima input sinyal dari semua detektor kebakaran.
Jadi, jika automatic fire extinguisher, hydrant, serta sprinkler bekerja, detector akan secara otomatis mendeteksi dan mengirimkan sinyal ke komponen ini.
Setelah diterima, sinyal tersebut akan diolah, diseleksi, dan dievaluasi oleh main control fire alarm.
Data yang telah dievaluasi kemudian menghasilkan output data berupa informasi dan letak kebakaran.
Output data inilah yang akan ditampilkan oleh annunciator dan membuat fire alarm system aktif secara otomatis.
Di dalam komponen ini, juga terdapat beberapa komponen pendukung lain seperti:
a. Main Control Unit
Bagian ini adalah sub unit di komponen main control fire alarm yang bertugas untuk menjalankan fungsi pemantauan kondisi yang terjadi pada sistem fire alarm.
b. Sub Control Unit
Komponen ini merupakan bagian yang berfungsi untuk membaca sinyal dari monitor modul.
c. Power Supply Module
Seperti namanya, sub komponen ini bertugas untuk memberikan masukan daya atau power supply pada sistem fire alarm.
d. Network Interface Unit
Main control fire alarm adalah komponen yang berfungsi untuk memberikan perintah pada modul interface.
3. Fire Bell
Fire bell adalah komponen fire alarm system yang berfungsi menghasilkan suara peringatan kebakaran agar orang-orang di gedung bisa segera melakukan evakuasi.
Dalam penempatannya, fire bell perlu dipasang di tempat yang tepat agar bisa terdengar di seluruh penjuru bangunan.
Baca juga: Penting! Ini Cara Evakuasi Kebakaran di Gedung Bertingkat
4. Indicator Lamp
Komponen ini berfungsi untuk memberikan tanda bahaya dalam bentuk visual.
Ketika terjadi kebakaran, indicator lamp akan secara otomatis berkedip.
Namun, jika situasi sudah kembali aman, indicator lamp akan mati secara otomatis.
5. Remote Indicating Lamp
Apabila sedang terjadi kebakaran, sedangkan Anda sedang berada di ruang tertutup seperti ruang genset atau ruang pompa, jangan khawatir karena fire alarm system dirancang untuk memberikan peringatan kebakaran secara menyeluruh.
Di ruangan tertutup, komponen yang berfungsi untuk memberikan peringatan adalah remote indicating lamp.
Sama halnya seperti indicator lamp, komponen ini akan memberikan sinyal kepada penghuni gedung dengan cara berkedip jika menerima tegangan listrik saat terjadi alarm.
Jenis-Jenis Fire Alarm System
Alarm kebakaran adalah perangkat penting yang dibutuhkan untuk keamanan sebuah gedung, oleh karena itu Anda perlu mengetahui jenis-jenis sistem fire alarm sebelum memasangnya di bangunan yang diinginkan..
Berdasarkan teknologinya, fire alarm system dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Non Addressable System
Non addressable system adalah jenis fire alarm system yang menggunakan Main Control Fire Alarm konvensional.
Sistem bekerja menerima sinyal langsung dari semua detektor, namun tidak ada alamat langsung di mana lokasi sinyal dikirim.
Karena kemampuannya yang terbatas dalam hal perlindungan pada bangunan, jadi jenis ini lebih cocok untuk digunakan di gedung berskala kecil seperti perumahan atau pertokoan.
2. Semi Addressable System
Seperti namanya, fire alarm system semi addressable merupakan gabungan dari sistem alarm kebakaran tipe konvensional dan addressable.
Pada jenis fire alarm ini, MCFA yang digunakan sudah jenis addressable, tapi peralatan pendeteksinya masih menggunakan yang konvensional.
Kelebihannya, karena seluruh zona sudah memiliki address atau alamatnya sendiri, sistem fire alarm jenis ini sudah mampu mendeteksi dari mana sumber api berasal.
Namun kelemahannya, proses instalasi jenis ini lebih mahal daripada tipe konvensional karena banyaknya kontrol modul yang harus dipasang pada setiap address zona.
Baca juga: Mengenal Apa itu HSE, Fungsi Bagi Perusahaan & Penerapannya
3. Full Addressable System
Sistem ini adalah jenis fire alarm system yang menggunakan MCFA (Main Control Fire Alarm) dan detector yang sepenuhnya bersifat addressable.
Maksudnya, lokasi kebakaran dapat diketahui secara jelas dan lebih spesifik menggunakan jenis ini.
Selain itu, fire alarm jenis full addressable ini juga dapat dimonitor dengan mudah sehingga memudahkan proses perbaikan sesegera mungkin jika terjadi kerusakan sehingga cocok digunakan pada gedung bertingkat seperti perkantoran atau mall.
Fungsi Fire Alarm System
Kenapa perlu memasang fire alarm system? Jawabannya adalah karena sistem fire alarm memiliki beberapa fungsi keamanan seperti:
1. Menggerakkan Exhaust Fan
Apa itu exhaust fan? Exhaust fan merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menyalurkan udara bersih sehingga penghuni ruangan tersebut terhindar dari udara yang terkontaminasi.
Oleh karena itu, salah satu fungsi fire alarm system adalah untuk menggerakkan exhaust fan saat kebakaran untuk mengeluarkan bau gas atau asap di dalam ruangan.
2. Mendeteksi Pipa Hydrant
Selanjutnya, sistem fire alarm juga berfungsi untuk mendeteksi pipa hydrant.
Hydrant biasanya diletakkan di area tertentu untuk mengatasi kebakaran yang cukup besar.
Oleh karena itu, di gedung-gedung besar seperti mall dan perkantoran, sistem fire alarm harus terintegrasi dengan sistem hydrant untuk mempermudah penyemprotan air.
3. Memutuskan Aliran Listrik
Salah satu fungsi sistem fire alarm yang selanjutnya adalah untuk memutuskan aliran listrik.
Selain mencegah adanya hubungan korsleting, pemutusan listrik ini juga ditujukan untuk mengurangi kebisingan.
Tujuannya adalah agar hanya suara sirine yang terdengar dan para penghuni gedung dapat fokus melakukan evakuasi.
4. Memutus Sistem Komunikasi
Saat terjadi kebakaran, alat ini dapat memutuskan sistem PABX (Private Automatic Branch eXchange) agar para karyawan dapat menghentikan kegiatannya.
5. Membunyikan Alarm
Fungsi fire alarm system yang terakhir adalah untuk membunyikan sirine apabila terjadi potensi kebakaran berupa asap, percikan api, atau gas.
Baca juga: Apa itu Drainase? Ini Pengertian, Fungsi dan Jenis-Jenisnya
Cara Kerja Fire Alarm System
Berdasarkan jenisnya, berikut ini cara kerja fire alarm system yang perlu Anda ketahui:
1. Tipe Konvensional / Non-Addressable
Jenis fire alarm system ini bekerja secara parallel di mana detektor terpasang memiliki titik-titik yang dirangkai membentuk zona.
Jadi, di dalam sebuah zona terdapat beberapa detektor yang memiliki titik awal dan akhir.
Perangkat input yang telah terhubung ke kontrol panel akan menjadi penghubung antara detektor dan kontrol panel dengan kabel isi dua.
Ketika ada indikasi api atau asap yang tidak diinginkan dideteksi oleh detektor, sistem akan menginstruksikan aktivasi tanda lampu pada zona lokasi kebakaran.
Biasanya peringatan kebakaran akan berbentuk suara atau sinar.
2. Tipe Semi Addressable
Meskipun cara kerja fire alarm system semi addressable hampir sama dengan tipe konvensional, namun di tipe ini ia sudah menggunakan panel kontrol MCFA (Master Control Fire Alarm) jenis addressable.
Jadi, semua sinyal yang dikirimkan oleh detector maupun sinyal output yang akan dikirimkan diterjemahkan oleh suatu modul input dan output sehingga keduanya bisa saling berkomunikasi.
Baca juga: Sprinkler Adalah: Fungsi, Komponen dan Cara Merawat
3. Tipe Full Addressable
Pada tipe full addressable, apabila terdapat sinyal dari smoke detector, heat detector, dan flame detectors, maka sistem fire alarm akan mengirimkan sinyal kepada MCFA (Main Control Fire Alarm) untuk mendeteksi kejadian tersebut sebagai titik lokasi sumber kebakaran dan api.
Panel master control fire alarm system tersebut kemudian mengirimkan sinyal output kepada alarm bell, indicator lamp, rotary lamp, dan komponen peringatan lainnya sebagai peringatan dini pada seluruh penghuni gedung.
Tidak hanya mampu mendeteksi bahaya kebakaran, tipe sistem fire alarm full addressable ini juga bisa diintegrasikan dengan sistem lainnya seperti BAS (Building Automation System) melalui protokol komunikasi seperti Modbus atau bahkan sambungan fiber optik.
Nah, itu dia penjelasan lengkap tentang pengertian, jenis-jenis, komponen, fungsi dan cara kerja alarm kebakaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sistem fire alarm di lingkungan kerja merupakan hal yang sangat penting demi menjaga keamanan bangunan Anda dari kebakaran.
Oleh karena itu, perlu adanya pengecekan rutin aset untuk memastikan apakah ada alat yang habis stok atau perlu diganti.
Nah, untungnya sekarang ada software pengelolaan properti Nimbus9 hadir dengan fitur pemeliharaan preventif engineering, keamanan, kebersihan, bahkan pencatatan meteran listrik dan air.
Sehingga pengecekan rutin bisa dilakukan secara mudah dan lebih terintegrasi.
Hanya dengan melakukan scan barcode, engineering dapat mengetahui riwayat perawatan aset, penggantian komponen dan lain-lainya.
Engineering juga bisa melaporkan hasil pengecekan melalui barcode tersebut.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk segera konsultasikan kebutuhan propertimu dengan Nimbus9!
Baca juga: 9 Jenis Alat Pelindung Diri untuk Keamanan Bekerja, Yuk Simak!